Monday, 22 July 2013

Pengalaman ekspedisi Togean Island

KRONOLOGIS PENELITIAN  TENTANG  EKSPLORASI POTENSI SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT SEBAGAI SUMBER  BAHAN PANGAN ALTERNATIF DAN OBAT-OBATAN DI PULAU TOGEAN PROPINSI SULAWESI TENGAH



Pengamatan lapang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2013 sampai dengan 2 Juli 2013. Pada pukul 03.00 WIB team berangkat dari Bogor menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan 2 unit mobil rental untuk melakukan perjalanan ke Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Kami bersama dengan team darat dan team gunung terbang dengan pesawat Lion Air pada pukul 05.00 WIB dan tiba di Bandara Mutiara Palu pukul 08.30 WITA. Setiba di Bandara Mutiara Palu, team dijemput oleh sopir mobil rental dan langsung menuju Universitas Tadulako Palu. Team disambut oleh Jajaran pejabat Fakultas Pertanian UNTAD dimana terdapat salah satu alumni IPB yaitu Bapak Nirwan yang ikutserta bersama team ke Kabupaten Tojo Una-Una. Setelah diskusi dan sharing mengenai kegiatan penelitian pukul 12.00 WITA team melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Tojo Una-Una dengan ibu kota Ampana.

Perjalanan dari Kota Palu menuju Kabupaten Tojo Una-Una menempuh jarak ± 450 KM. karena terdapat kegiatan perbaikan dan pelebaran jalan sehingga membutuhkan waktu ± 12 jam untuk tiba di Kabupaten Tojo Una-Una.  Setiba di Ampana Kota team menginap di Marina Cottage dimana berdekatan dengan pantai yang indah pemandangannya. 



 Sumber : (Herdiyeni, 2013)

Pada pagi harinya team setelah sarapan pagi pada pukul 09.00 WITA team menuju ke Kepulauan Togean dengan menggunakan Speed Boat milik Satpol PP dimana perjalanan membutuhkan waktu ± 2,5 jam untuk sampai ke Kepulauan Togean yang merupakan lokasi target penelitian. Kepulauan Togean memiliki beberapa desa pulau berpenghuni. Salah satu desa yang menjadi target penelitian adalah Desa Lembanato dan Desa Bangkagi. Setiba di Desa Lembanato team menuju ke rumah Bapak Sekdes berhubung Kepala Desa tidak berada di tempat. Setelah team menceritakan madsuk dan tujuan kedatangan ke Bapak Sekdes kemudian setelah makan siang beliau mengantar team menuju ke Taman Nasional Hutan Mangrove dengan menggunakan speed boat sewaan dengan tujuan mengeksplorasi sumberdaya pesisir dan laut sebagai bahan pangan alternatif dan obat-obatan.





 Masyarakat menyebut tempat tersebut yaitu “Louk Tingki”. Desa Lembanato merupakan salah satu Pulau Togean yang berada di Teluk Kilat dimana memiliki hutan mangrove lebat. Hutan mangrove lebat merupakan hutan mangrove yang vegetasinya didominasi oleh mangrove sejati seperti Rhizphoraceae, Xylocarpus dan Bruguiera. Kondisi hutan ini didominasi dengan tegakan dan kerapatan yang cukup tinggi. Penutupan tajuk pohon yang cukup baik menyebabkan udara terasa sejuk dan serasah tergolong tebal. Team melakukan sampling dengan mengambil bagian-bagian mangrove seperti daun, hipokotil (propagul), daun-daun muda, buah dan bunga. Sampel tersebut dipotret kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel. 
 




 
Sore harinya team tiba ke Desa Lambanato sambil menunggu sholat magrib, team mempersiapkan kuesioner dan perlengkapan depth interview lainnya termasuk konsumsi untuk Focus Discussion Group (FDG). Setelah itu, team melakuan interview kepada responden potensial dimana responden potensial adalah orang yang selalu memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut sebagai bahan pangan alternatif dan obat-obatan. 
 
 

Dari hasil interview dapat simpulkan bahwa hampir seluruh bagian mangrove dimanfaatkan oleh masyarakat Kepulauan Togean sebagai bahan pangan alternatif dan obat-obatan. Adapun manfaat/khasiat dari bagian-bagian mangrove antara lain :
1. Buah Xylocarpus, masyarakat Pulau Togean memberi sebutan “waka’tau” dimanfaatnya untuk kulit menjadi halus dan menghilangkan gatal-gatal. Buah tersebut dijadikan bedak   dicampur dengan beras.




 
2. Hipokotil (propagul) mereka menyebutnya “boyut”  digunakan sebagai penyedap rasa makanan kerang-kerangan.



3.      Akar Rhiphoraceae dimanfaatkan sebagai garam, dimana prosesnya akarnya dibakar kemudian disiram air laut kemudian dituangkan ditapisan dan akan membentuk kristal garam.


4.      Batang bakau (Rhiphoraceae) kulit bagian dalam dimanfaatkan sebagai pewarna jaring dan untuk menghilangkan bau ikan.
5.      Pucuk daun mangrove Bruguiera dikonsumsi sebagai sayur untuk menyehatkan tubuh.


Selain hutan mangrove, terdapat alga hijau yang memiliki biji menyerupai buah anggur mereka mengkonsumsi sebagai sayur mayor untuk menyehatkan badan. Masyarakat Togean menyebutnya “lawi-lawi”.

 Di Ampana Tete, terdapat suku Bajo dimana mereka memanfaatkan vegetasi pantai sebagai obat luar dan dalam yakni tanaman langit bajo. Mereka menyebutnya “amboi”. Kulit batangnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit dalam sedangkan batangnya digunakan untuk menyembuhkan luka yang susah sembuh. Batang tersebut dibakar sampai menjadi arang kemudian ditumbuk menjadi serbuk-serbuk dan siap dioleskan pada luka. Sampel daun tanaman tersebut dibawa ke Herbarium dan masih diselidiki taksonominya oleh LIPI.



Setelah salah satu anggota team melakukan interview di Ampana Tete maka segera balik ke Marina Cottage untuk persiapan balik ke Palu. Setelah tiba di Palu pada malam hari, esok team menemani team lainnya untuk mencari tanaman darat yang dijadi obat-obatan. Team kembali berangkat ke Jakarta pada malam hari dan tiba di Jakarta tengah malam. Setelah itu, sampel mangrove tersebut dibawa ke Pusat Studi Biofarmaka (PSB) untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

 
SEMOGA BERMANFAAT !!!  :)

post by : Mohamad Gazali

No comments:

Post a Comment